Rabu, 18 November 2015

Filsafat sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan


A.    Menurut paradigma filsafat barat
Semua orang mengakui memiliki pengetauan. Persoalannya dari mana pengetahuan itu diperoleh atau lewat apa pengetahuan didapat? Dari situ timbul pertanyan bagaimana caranya kita memperoleh pengetahuan atau darimana sumber pengetahuan kita? Pengetahua yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang menggunakan sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ini ada
beberapa pendapat tentang sumber pengetahuan antaralain:
a.      Idealisme
Pertama, idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat fisik hanya dapat dipahami dalam kaitannya dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea yaitu sesuatu yang hadir dalam jiwa. Idealisme atau nasionalisme menitik beratkan pada pentingnya peranan ide, kategori atau bentuk-bentuk yang terdapat pada akal sebagai sumber ilmu pengetahuan. Plato (427-347 SM), seorang bidan bagi lahirnya janin idealisme ini, menegaskan bahwa hasil pengamatan inderawi tidak dapat memberikan pengetahuan yang kokoh karena sifatnya yang selalu berubah-ubah (Amin Abdullah;1996). Sesuatu yang berubah-ubah tidak dapat dipercayai kebenarannya. Karena itu suatu ilmu pengetahuan agar dapat memberikan kebenaran yang kokoh, maka ia mesti bersumber dari hasil pengamatan yang tepat dan tidak berubah-ubah. Hasil pengamatan yang seperti ini hanya bisa datang dari suatu alam yang tetap dan kekal. Alam inilah yang disebut oleh guru Aristoteles itu sebagai "alam ide", suatu alam dimana manusia sebelum ia lahir telah mendapatkan ide bawaannya (S.E Frost;1966). Dengan ide bawaan ini manusia dapat mengenal dan memahami segala sesuatu sehingga lahirlah ilmu pengetahuan. Orang tinggal mengingat kembali saja ide-ide bawaan itu jika ia ingin memahami segala sesuatu. Karena itu, bagi Plato alam ide inilah alam realitas, sedangkan yang tampak dalam wujud nyata alam inderawi bukanlah alam yang sesungguhnya.

b.      Empirisme
Paham selanjutnya adalah empirisme atau realisme, yang lebih memperhatikan arti penting pengamatan inderawi sebagai sumber sekaligus alat pencapaian pengetahuan (Harold H. Titus dkk.;1984). Aristoteles (384-322 SM) yang boleh dikata sebagai bapak empirisme ini, dengan tegas tidak mengakui ide-ide bawaan yang dibawakan oleh gurunya, Plato. Bagi Aristoteles, hukum-hukum dan pemahaman itu dicapai melalui proses panjang pengalaman empirik manusia. (Amin Abdullah;1996).
Dalam paradigma empirisme ini, sungguhpun indra merupakan satu-satunya instrumen yang paling absah untuk menghubungkan manusia dengan dunianya, bukan berarti bahwa rasio tidak memiliki arti penting. Hanya saja, nilai rasio itu tetap diletakkan dalam kerangka empirisme (Harun Hadiwiyoto;1995). Artinya keberadaan akal di sini hanyalah mengikuti eksperimentasi karena ia tidak memiliki apapun untuk memperoleh kebenaran kecuali dengan perantaraan indra, kenyataan tidak dapat dipersepsi (Ali Abdul Adzim;1989). Berawal dari sinilah, John Locke berpendapat bahwa manusia pada saat dilahirkan, akalnya masih merupakan tabula (kertas putih). Maksudnya ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, kemudian ia memiliki pengetahuan. Di dalam kertas putih inilah kemudian dicatat hasil pengamatan Indrawinya (Louis O. Katsof;1995). Empirisme adalah sebuah paham yang menganggap bahwa pengetahuan manusia hanya didapatkan melalui pengamatan konkret, bukan penalaran rasional yang abstrak, apalagi pengalaman kewahyuan dan institusi yang sulit memperoleh pembenaran factual.
David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakanbahwa manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu kesan-kesan (empressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas). Yang dimaksud kean-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide adalah gambaran tentang pengamatan yang samara-samar yang dihasilka dengan merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang diterima dari pengalaman.(Amsal Baktiar; 2002)
Berdasarkan teori ini, akal hanya mengelola konsep indrawi, hal itu dilakukannya dengan menyusun konsep tersebut atau membagi-baginya.(Muhammad baqir as-Shadar;1995). Jadi dalam empirisme, sumber utamauntuk memperoleh pengetahuan adalah data empiris yang diperoleh dari panca indra. Akal tidak berfungsi banyak, kalaupun ada, itu pun sebatas ide yang kabur.
Namun aliran ini mempunyai banyak kelemahan, antara lain:
1.      Indra terbatas, benda yang jauh kelihatan kecil, apakah ia benar-benar keci? Ternyata tidak. Keterbatasan indralah yang menggambarkan seperti itu. Dari sini akan terbentuk pengetahua yang salah.
2.      Indra menipu, pada yang sakit malaria gula rasanya pahit, udara akan tersa dingin. Ini akan menimbulkan pengetahuan empiris yang salah juga.
3.      Objek yang menipu, contohnya fammorgana dan ilusi. Jadi obyek itu sebenarnya tidak sebagaimana ia ditangkap oleh indra, ia membohongi indra.
4.      Berasal dari indra dan objek sekaligus. Dalam hal ini indra mata tidak mampu melihat seekor kerbau secara keseluruhan, dan kernau itu juga tidak dapt memperlihatkan badanya secara keseluruhan. Kesimpulannya ialah empirisme lemah karena keterbatasan indra manusia.
c.       Rasionalisme
Paradigma selanjutnya adalah Rasionalisme, sebuah aliran yang menganggap bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui pertimbangan akal. Dalam beberapa hal, akal bahkan dianggap dapat menemukan dan memaklumkan kebenaran sekalipun belum didukung oleh fakta empiris. Faham rasionalisme dipandu oleh tokoh seperti Rene Deskrates (1596-1650), Baruch Spinoza (1632-1677) dan Gottfried Leibniz (1646-1716). Menurut kelompok ini, dalam setiap benda sebenarnya terdapat ide – ide terpendam dan proposisi - proposisi umum yang disebut proposi keniscayaan yang dapat dibuktikan sebagai kebenaran yang dapat dibuktikan sebagai kebenaran dalam kesempurnaan atau keberadaan verifikasi empiris.
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Menurut aliran ini kekeliruan pada aliran empirisme yang disebabkan kelemahan alat indra dapt dikoreksi, seandainya akal digunakan. Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indra dalammemperoleh pengetahuan.
Pengalaman indra diperlukan untuk merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal dapat bekerja, etapi sampainya mausia kepada kebenaran adalah semata-mata akal. Laporan indra menurut rasionalisme merupakan bahan yang belu jelas, bahkan ini memungkinkan dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berfikir. Akal mengatur bahan tersebut sehingga dapatlah terbentuk pengetahua yang benar. Jadi fungsi panca indra hanyalah untuk memperoleh data-data dari alam nyata dan akalnya menghubungkan data-data itu satu dengan yang lain.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata dan bersifat universal. Yang dimaksud prinsip-prinsip universal adalah abstraksi dari benda-benda konkret, seperti hukum kuasalitas atau gambaran umum tentang kursi. Sebaliknya bagi empirisme hukum tersebut tidak diakui.(Harun nasution;1995). Akal, selain bekerja karena ada bahan indra, juga akal dapat menghasilkan pegetahuan yang tidak berdasarkan bahan indrawi sama sekali, jadi akal juga dapat menghasilkan pengetahan tentang objek yang betul-betul abstrak. Tetapi rasionalisme juga mempunyai kelemahan, seperti mengenai criteria untuk mengetahui akan kebenaran dari suatu ide yang menurut seseorag dalah jelas dan dapat dipercaya tetapi menurut orang lain tidak. Jadi masalah yang utama yang dihadpi kaum rasionalisme adalah evaluasi dari kebenaran premis-premis inisemuanya bersumber pada penalaran induktif, karena premis-premis ini semuanya bersumber pada penalaran rasional yang bersifat abstrak. Terbebas dari pengalaman maka evalusi yang semacam ini tidak dapat dilakukan.(Jujun S. Suriasumantri;1998).

d.      Positivisme
Adanya problem pada empirisme dan rasionalisme yang menghasilkan metode ilmiah melahirkan aliran positivisme oleh August Comte dan Immanuel Kant. August Comte berpendapat bahwa indera itu amat penting dalam memperoleh ilmu pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.(Drs. Drs. H. Ahmad Syadali, M.A; 2004 :133). Kekeliruan indera dapat dikoreksi lewat eksperimen dan eksperimen itu sendiri memerlukan ukuran-ukuran yang jelas seperti panas diukur dengan drajat panas, jauh diukur dengan meteran, dan lain sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas atau metahari panas, kita juga tidak cukup mengatakan panas sekali, panas, dan tidak panas. kita memerlukan ukuran yang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai. Kebenaran diperoleh dengan akal dengan didukung bukti-bukti empiris yang terukur.
Dalam hal ini Kant juga menekankan pentingnya meneliti lebih lanjut terhadap apa yang telah dihasilkan oleh indera dengan datanya dan dilanjutkan oleh akal denga melakukan penelitian yang lebih mendalam. Ia mencontohkan bagaimana kita dapat menyimpulkan kalau kuman tipus menyebabkan demam tipus tanpa penelitian yang mendalam dan eksperimen. Dari penelitian tersebut seseorang dapat mengambil kesimpulan bahwa ada hubungan sebab akibat antara kuman tipus dan demam tipus.
Pada dasarnya aliran ini (yang diuraikan oleh August Comte dan Immanuel Kant) bukanlah suatu aliran khas yang berdiri sendiri, tetapi ia hanya menyempurnakan emperisme dan rasionalisme yang bekerjasama dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran.
B.     Menurut Saintis Islam
Alam ini merupakan sumber pengetahuan yang terbuka luas bagi setiap manusia. Alam yang memiliki hukum yang pasti dan konstan akan membentuk pengetahuan manusia. Karena hukum alam itulah manusia secara bertahap dapat mengendalikan alam dan mengadakan pengembangan melalui eksperimen dan riset secara berulang. Berbagai persoalan yang berkaitan dengan struktur, kondisi dan kualitas alam, secara bertahap dapat dikuasai dan diatasi manusia.
Hukum alam dan Al-Qur’an bersumber dari sumber yang sama, yakni Allah SWT. Oleh karena itu, alam mempunyai kaitan erat dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Di antara kaitan tersebut, Al-Qur’an memberikan informasi tentang keadaan alam pada masa yang akan datang, yang belum bisa diramalkan oleh ilmu pengetahuan. Al-Qur’an juga memberikan informasi peristiwa masa lampau yang hanya diketahui oleh kalangan yang sangat terbatas. Terkadang Al-Qur’an mempertegas penemuan para ahli dan terkadang memberi isyarat untuk dilakukan penyelidikan secara akurat, Al-Qur-an juga memberikan motivasi kepada para ilmuan untuk melakukan kajian atau pembahasan suatu persoalan dan memerintahkan agar mendiamkannya (tawakuf) serta menyerahkan segala urusanya kepada Allah SWT. Ilmu pengetahuan yang diperoleh melalui kajian dan penelitian terhadap alam ini pada akhirnya akan menunjukkan kebesaran akan menunjukkan kebesaran Yang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT, sebagaimana dinyatakan dalam surat Ali’Imran ayat 190 dan 191:
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi. Dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ( 190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia ,Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka. (Al-Imran ayat 191)
Di kalangan ilmuan muslim, banyak sekali penemuan ilmuan yang orisinal (sebagai hasil eksperimen, observasi, atau penelitian) yang terus dikembangkan dan menjadi milik dunia ilmu pengetahuan modern, termasuk yang kemudian dikembangkan oleh para ilmuan barat. Para ilmuan muslim, terutama yang muncul pada masa keemasan islam (abad ke 7-13) banyak memberi kontribusi pada perkembangan sains modern, seperti bidang kimia, optika, matematika, kedokteran, fisika, astronomi, geografi, sejarah dan ilmu-ilmu lainnya.
Muhammad Thalhah Hasan mengatakan, bahwa sumber ilmu pengetahuan itu adalah Allah, yang berbeda adalah proses dan cara Allah memberikan dan mengenalkan ilmu-ilmu tersebut kepada manusia dan mahluk-mahluk lainnya. Ada diantara ilmu-ilmu tersebut diberikan melalui insting, ada diantaranya yang diberikan melalui panca indera, ada lagi yang diperoleh melalui nalar (akal), adalagi yang ditemukan melalui pengalaman dan penelitian empirik, dan ada yang lain didapatkan melalui wahyu seperti yang didapatkan para Nabi/Rasul. Tetapi sumber dari semua ilmu itu adalah Allah, dan dari teologi inilah kemudian muncul istilah “trasendentalisasi ilmu”, yang artinya bahwa semua ilmu itu tidak dapat dilepaskan dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan dan keyakinan seperti ini akan mempengaruhi konsep dan system pendidikan islam.  Kalaau dibarat ilmu pengetahuan beranjak dari “premis kesangsian”, maka dikalangan agama samawi, termasuk islam, ilmu-ilmu itu bersumber dari “premis keimanan”, suatu keimanan yang memberikan keyakinan, bahwa kebenaran yang absolute itu hanya ada pada wahyu, termasuk kebenaran ijtihadi dalam upaya menafsirkan wahyu tersebut. Al-qur’an dan As-Sunah yang sahih mempunyai tingkat kebenaran absolute, tetapi ilmu-ilmu ijtihadi seperti ilmu kalam atau ilmu fiqih dan lain-lain, tingkat kebenarannya adalah relative. (Muhammada Talhah Hasan, 2006: 39)
Allahlah sumber segala ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu yang dikuasai manusia selama ini sangat terbatas dan sedikit sekali apa bila dibandingkan dengan ilmu Allah. Tuhan telah memberikan ilmu-Nya kepada manusia dan mahluk-mahluk lainnya seperti malaikat, dengan beberapa cara seperti dengan ilham, instink, indra, nalar (reason), pengalaman dan lain sebagainya. Atau dengan istilah lain, melalui penelitian dan survey, juga melalui penelitian laboratories, dan ada juga yang melalui kontemplasi/perenungan yang tajam dan melalui informasi wahyu yang diterima para Rasul Allah. Itu semua merupakan cara-cara yang digunakan oleh Allah untuk memberi ilmu pengetahuan, informasi, kemampuan nalar dan kecakapan kepada manusia, tetapi sumbernya tetaplah Allah.
Prof. DR. Cecep Sumarna mengatakan, bahwa dikalangan filosof dan saintis muslim berkembang sebuah pemikiran bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah wahyu. Bagi umat islam hal itu termanifestasi dalam bentuk Al-Qr’an dan As-Sunah. Sumber Al-Qur’an ini bukan hanya mendampingi sumber pengetahuan lain, misalnya sumber empiris yang faktual/induktif dan rasional/deduktif. Al-Qur’an bahkan dapat dianggap pemegang otoritas lahirnya ilmu. Dalam perspektif islam, alam menjadi sumber empiris pengaruh modern, adalah wahyu Tuhan juga. Ia adalah symbol terendah dari Tuhan Yang Maha Tinggi dan sekaligus Maha Qudus. (Prof. DR. Cecep Sumarna; 2008:111). Selain empiris dan rasional, sumber ilmu pengetahuan yang lain adalah intuisi dan wahyu. Melalui intuisi manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses penalaran tertentu, sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang didapati melalui “pemberian” Tuhan secara langsung kepada hamba-Nya yang terpilih yang disebut Rasul dan Nabi.
DR. Ahmad tafsir mengatakan, bahwa menurut Al-Qur’an semua pengetahuan datang dari Allah, sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya, sebagian lain diperoleh manusia dengan menggunakan indra, akal, dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolute, sedangkan pengetahuan yang diperoleh dari indra kebenarannya tidak mutlak. (DR. Ahmad tafsir; 2008: 8)
Bagi orang islam sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang datang dari Allah. Sumber pertama itu sekarang ini adalah Al-Qur’an atau hadits Rasul. Demikian Al-Ghazali berpendapat, tidak akan bisa sampai pada pengetahuan yang meyakinkan tersebut bila ia bersumber dari hasil pengamatan indrawi (hissiyat) dan pemikiran yang pasti (dzaruriyat). (Al-Ghazali, 1961). Dari sini terlihat dengan jelas bahwa Al-Ghazali telah menggabungkan paradigma empirisme dan rasionalisme. Tetapi, bentuk pemaduan tersebut tetap dilakukan secara hierarkis, bukan dalam rangka melahirkan sintesa baru diantara keduanya itu. Terhadap hasil pengamatan indrawi, Al-Ghazali akhirnya berkesimpulan bahwa :
"Tentang hal ini aku ragu-ragu, karena hatiku berkata : bagaimana mungkin indra dapat dipercaya, penglihatan mata yang merupakan indera terkuat adakalanya seperti menipu. Engkau misalnya, melihat bayang-bayang seakan diam, padahal setelah lewat sesaat ternyata ia bergerak sedikit demi sedikit, tidak diam saja. Engkau juga melihat bintang tampaknya kecil, padahal bukti-bukti berdasarkan ilmu ukur menunjukkan bahwa bintang lebih besar dari pada bumi. Hal-hal seperti itu disertai dengan contoh-contoh yang lain dari pendapat indera menunjukkan bahwa hukum-hukum inderawi dapat dikembangkan oleh akal dengan bukti-bukti yang tidak dapat disangkal lagi". (Al-Ghazali,1961).
Dari pernyatan tersebut jelas sekali di mata Al-Ghazali paradigma empirisme yang lebih bertumpu pada hasil penglihatan inderawi, tidak dapat dijadikan sebagai bentuk pengetahuan yang menyakinkan lagi, sebab kebenaran yang ditawarkan bersifat tidak tetap atau berubah-ubah. Kredibilitas akal, karena itu, juga tidak luput dari kuriositas Al-Ghazali terhadap hakikat yang sedang dicari-carinya. Kredibilitas akal diragukan, karena kekhawatirannya, jangan-jangan pengetahuan aqliyah itu tidak ada bedanya dengan seseorang yang sedang bermimpi, seakan-akan ia mengalami sesuatu yang sesungguhnya, tetapi ketika ia siuman nyatalah bahwa pengalamannya tadi bukanlah yang sesungguhnya terjadi." (Al-Ghazali,1961).  

Kebutuhan Peserta Didik


A.    Teori Kebutuhan

Setiap individu mempunyai kebutuhan – kebutuhan yang hendak dipenuhi. menurut Alfrooz (1996), kebutuhan (need) adalah “a natural requipment with, should be satisfield in order to secure a better organic compatibility, sedangkan Chaplin (2002), mendefinisikan need ( kebutuhan ) sebagai “1. satu subtansi selular yang harus dimiliki organisme, 2. lebih umum, segala kekurangan, ketiadaan / ketidak sempurnaan yang dirasakan seseorang.
            Dengan demikian dapat dipahami bahwa kebutuhan merupakan keperluan azasi yang harus dipenuhi, kebutuhan muncul karena ketidakseimbangan dalam diri individu. kebutuhan mendapatkan perhatian dari sejumlah ahli psokologi, salah satu teorinya dibangun dan dipopulerkan oleh Abraham. H. Maslow. Menurut ia manusia memiliki kecenderungan mencapai kebutuhan hingga memuaskan . Manusia dilukiskan oleh Maslow adalah makhluk yang tidak  pernah berada dalam keaadaan puas. Jika kebutuhan sudah terpenuhi maka akan muncul kebutuhan –kebutuhan yang menuntut kepuasan, hal ini terus terjadi sepanjang kehidupan manusia (Jerry dan Phares , 1987). Karena keyakinan tersebut, Maslows menyebutkan lima  kebutuhan hirarki, berdasarkan motif kebutuhan dasar dan kebutuhan untuk pertumbuhan.

Mc Cielland juga mengajukan teori tentang kebutuhan yang dikenal cukup luas. kemudian Mc  Ciellan membagi 3 jenis kebutuhan menjadi :

1.      Need for achievement (kebutuhan untuk berprestasi) yaitu kebutuhan untuk bersaing atau melampaui standar pribadi. need for achievement merupakan suatu motif yang memotifasi seseorang untuk berhasil dalam kompetisi baik berupa prestasi orang lain atau presrasi diri senidiri yang telah dicapainya. Mc Cielland menemukan ciri-ciri individu yang memiliki kebutuhan ini, anatar lain:
a.       mnyenangi situasi dimana ia bertanggung jawab atas segala perbuatannya
b.      menyenangi umpan balik yang cepat nyata dan efisien
c.       dalam memnentukan prestasinya ia lebih memilih resiko yang besar.
d.      berusaha melakukan sesuatu dengan cara baru dan kreatif
e.       mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi.

2.      Need for power ( kebutuhan untuk berkuasa) yaitu suatu kebutuhan utnuk memberi kesan atau memberi pengaruh atas orang lain untuk dianggap sebagai orang yang berkuasa . dikatakan memiliki need for power yang tinggi apabila seseorang mencari cara untuk mempengaruhi atau menguasai orang lain secara tidak langsung dengan cara memberikan sugesti, mengajukan pendapat dan ide-ide. ciri –ciri tingkah laku orang yang memiliki eed for power antara lain:
a.       sangat aktif dalam menentukan kegiatan organisasi tempat ia bernaung.
b.      sangat peka terhadap struktur pengaruh antara pribadi dari kelompok atau organisasi.
c.       senang menjai anggota organisasi yang mencerminkan prestise.
d.      berusaha menolong orang lain walau tidka diminta.

3.      Need for affitiliation (kebutuhan untuk berafiliasi ) yaitu kecenderungan beberapa individu untuk mencari atau menjalin persahabatan dengan orang lain tanpa melihat statusnya. seseorang yang memeiliki  need fo affotilation yang tinggi apabila memikirkan bagaimana caranya menjalin hubungan dengan orang lain, memberikan perhatian yang besar pada orang tersebut. ciri – ciri orang yang memiliki for attiliation antara lain:
a.       lebih senang berkumpul dengn orang lain.
b.      sering berhubungan dengan orange lain.
c.       lebih memperhatikan aspek hubungan pribadi.
d.      mencari persetujuan atau kesepakatan dengan orang lain.
e.       lebih aktif melakukan pekerjaan.
Kebutuhan Dasar Manusia
            Dalam teori hirarki kebutuhan yang diajukan Maslow disebutkan lima kebutuhan dasar secara berjenjang atau bertingkat. tingkat paling bawah terletak kebutuan fisiologi, tingkat keempat terdapat kebutuhan atas penghargaan diri, tingkat ketiga terdapat kebutuhan yang termasuk dalam kelompok kasih saying, tingkat kedua terdapat kebutuhan rasa aman dan ketentraman, pada tingkat tertinggi terdapat kebutuhan atas perwujudan diri.
·         kebutuhan fisiologi
kebutuhan fisiologi adalah kebutuhan yang menjadi prioritas utama dalam pemenuhanya karena berkaitan langsung dengan kondisi fisik dan kelangusungan hidup. kebutuhuhan ini sangat mendesak maka sebelum memenuhi kebutuhan ini, kebutuhan yang lain akan ditekan atau ditunda.

·         Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan
kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan dasar dalam tingkatkedua dan muncul setelah fsiologi terpenuhi. menurut Maslow, indikasi kebutuhan ini pada anak adalah kebergantungan. anak-anak merasa aman jika berada dekat keluarganya, jika kedekatan ini tidak kuat aka anak akan merasa cemas, tidak nyaman, dan mendorong anak mencari kehidupan lain yang membuat mereka nyaman dan tentram . [enelitian yang dilakukan Globe (1987) membenarkan bahwa anak sangat membutuhkan rasa aman dan perlindungan.

·         Kabutuhan akan kasih sayang
kebutuhan ini adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk mengadakan ikatan emosional atau hubungan afeksi, yang diaktualisasikan dalam bentuk : rasa yang dimiliki, dicintai, dan mencintai, rasa diakui dan keikutsertaan dalam suatu kelompok. cinta dan kasih saying merupakan kebutuhan yang sangat berartu bagu manusai, karena merupakan prasyarat untuk terwujudnya perasaan sehat. berbeda dengna Freud yang meyakini bahwa cinta dan afeksi merupakan naluri seks yang disublimasikan. Maslow lebih memandang cinta sebagai hubungan kasih saying yang sehat antara dua orang atau lebih dan didalamnya terkandung perasaan saling percaya dan menghargai. tapa cinta dan kasih sayang, akan dapat menghambat pertumbuhan individu para ahli juga mengatakan jika terhambatnya pemenuhan kebutuhan ini akan menjadi penyebab utama terjadinya tingkah laku maladjustment.

·         Kebutuhan akan rasa harga diri
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan individu yang merasa dirinya berharga, kebutuhan ini mencakup : penghargaan diri sendiri, penghargaan dari orang lain. kegagalan untuk diakui diri sendiri atau orang lain akan membaut individu merasa rendah diri, kehilangan semangat dan putus asa.

·         Kebutuhan akan aktualisasi
Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan untuk memenuhi dorongan hirarki manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi dirinya. dengna kata lain kebutuhan aktualisasi adalah berjuang menjadi apa saja yang bias kita raih, motif yang mendorong kita untuk mencapai potensi secara penuh dan dalam teori hirarki mebutuhan Maslow , kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dan muncul setelah kebutuhan akan penghargaan dan kasih sayang. Untuk memenuhi lima kebutuhan tersebut Abraham Maslow membedakan motivasi manusia menjadi dua kategori, yaitu:
  1. Devicit motive ( motif kekurangan)
Yang mencangkup motif untuk mendapatkan kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Motif ini menjadi penentu yang mendesak bagi tingkah laku individu.
  1. Meta needs ( motif untuk pertumbuhan atau metakebutuhan)
Merupakan motif yang muncul apabila motif kekurangan telah terpenuhi dan mendorong individu mengungkapkan potensi-potensinya.

B. Kebutuhan Peserta Didik dan Implikasinya Terhadap Pendidikan
Berikut ini adalah beberapa kebutuhan peserta didik yang perlu mendapat perhatian dari guru, diantaranya :

  • Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan dasar manusia bersifat instinktif. Kebutuhan-kebutuhan jasmaniah untuk peserta didik yang perlu diperhatikan adalah makan, minum, pakaian , oksigen, istirahat, kesehatan jasmani, gerak-gerak jasmani, serta terhindar dari segala ancaman. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, selain mempengaruhi pembentukan pribadi dan perkembangan psikososial peserta didik, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar disekolah. Untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan jasmani peserta didik, sekolah melakukan upaya-upaya antara lain :
a.       Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang pentingnya hidup sehat dan teratur
b.      Menanamkan kesadaran pada peserta didik agar mengkonsumsi makanan yang mengandung gizi dan vitamin yang tinggi
c.       Memberikan waktu peserta didik untuk beristirahat
d.      Memberikan pendidikan jasmani
e.       Memberikan berbagai sarana disekolah agar peserta didik dapat bergerak bebas, bermain, berolahraga dan lain-lain

  • Kebutuhan Rasa Aman
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa kebutuhan ini sangat penting bagi peserta didik dan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam tingkah laku mereka. Rutter at al (1979) mengatakan bahwa kondisi sekolah kondisi sekolah yang baik dan pondasi yang kuat membuat tingkah laku dan akademik peserta didik cenderung baik. Sekolah yang efektif ditentukan oleh lingkungan yang aman dan rapi. Sejumlah pemikir dan praktisi dunia pendidikan konteporer , seperti (Hanushekm 1995; Bobbi De Porter 2001) juga mengakui bahwa lingkungan sekolah yang sehat dan menyenangkan , disamping dibutuhkan untuk membangkitkan motivasi belajar sisiwa, juga diperlukan untuk mengantisipasi timbulnya perasaan tidak nyaman dan stres dalam diri siswa.
  • Kebutuhan Akan Kasih Sayang
Peserta didik yang mendapatkan kasih sayang akan merasakan senang, betah dan bahagia berada disekolah, seakan-akan memperoleh motivasi untuk belajar disekolah. Sebaliknya jika kebutuhan ini tidak terpenuhi oleh peserta didik akan mengakibatkan mereka merasa terisolasi , cemas, bingung, tidak nyaman bahkan mengakibatkan peserta didik sulit belajar dan memicu munculnya tingkah laku maladaptif. Dengan kondisi seperti itu peserta didik akan malas untuk belajar.

  • Kebutuhan Akan Penghargaan
Karena kebutuhan ini peserta didik ingin memiliki sesuatu, ingin dikenal dan ingin diakui ditengah-tengah masyarakat. Mereka yang dihargai akan merasa bangga dengan dirinya dan orang lain. Sebaliknya jika peserta didik merasa diremehkan maka sikap mereka pada diri mereka sendiri dan lingkungannya akan menjadi negatif. Oleh sebab itu untuk menimbulkan rasa berharga dilingkungan mereka, guru dituntut untuk:
a.       Menghargai anak sebagai pribadi yang utuh
b.      Menghargai pendapat dan pilihasn siswa
c.       Menrima kondisi siswa apa adanya serta menempatkan mereka pada suatu kelompok sesuai dengan pilihan mereka sendiri.
d.      Guru harus mengembangkan konsep diri siswa yang positif
e.       Memberikan penilaian terhadap siswa secara objektif.


  • Kebutuhan Akan Rasa Bebas
Peserta didik juga mempunyai kebutuhan akan rasa bebas. Peserta didik yang meras tidak bebas dalam mengungkapkan apa yang ada didalam hatinya atau tidak bisa melakukan apa yang mereka inginkan akan mengakibatkan mereka frustasi, merasa tertekan dan sebagainya. Mereka harus diberikan kesempatan dan bantuan secara memadai untuk mendapatkan kebebasan.

  • Kebutuhan Akan Rasa Sukses
Peserta didik menginginkan kegiatan akademis berhasil dengan hasil baik. Mereka akan merasa bahagia dan senang jika apa yang mereka lakukan berhasil, jika apa yang peserta didik lakukan tidak berhasil makan mereka merasa kecewa. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan ini merupakan pokok bagi peserta didik.

C. PEKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK
Pengertian Perkembangan Fisik
            Perkembangan fisik atau disebut juga pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Menurut Seifert dan Hoffnung, (1994), perkembangan fisik merupakan perubahan-perubahan dalam tubuh (seperti : pertumbuhan otak dan saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormone dan lain-lain) dan perubahan dalam menggunakan tubuhnya (seperti : perkembangan keterampilan, dan motorik dan seksual), serta kemampuan fisik (penurunan fungsi jantung, penglihatan, dan sebagainya ).
            Pertumbuhan dan perkembangan fisik yang optimal sangat penting bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, sebab pertumbuhan dan perkembangan fisik anak baik secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi perilaku anak sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik ini akan menentukan keterampilan mereka dalam bergerak. Sedangkan secara tidak langsung, pertumbuhan atau perkembangan fisik mempengaruhi cara peserta didik memandang dirinya sendiri dan orang lain.
D. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK PESERTA DIDIK
            Dengan masuknya anak ke sekolah dasar membawa perubahan besar dalam pola kehidupannya. Pada usia sekolah dasar ini merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan sergam sampai terjadi perubahan-perubahan pubertas, sekitar dua tahun menjelang menjadi matang secara seksual. Karena itu, masa ini sering disebut “periode tenang”.
·         Keadaan Berat dan Tinggi  Badan Anak Usia Sekolah
Badan anak bagian atas berkembang lebih lambat dari pada tubuh bagian bawah sampai anak berusia 6 tahun. Selama masa akhir anak-anak tinggi badan bertambah 5-6% dan berat badannya bertambah hingga 10% pertahun, saat anak berumur 6 tahun tinggi rata-ratanya adalah 46 inch dan beratnya 42,5 kg dan pada saat berumur 12 tahun tinggi anak mencapai 60 inch dan beratnya 40-42,5 kg (Mussen, Canger dan Kangan, 1969).
Pada masa ini peningkatan berat badan anak lebih banyak dari pada panjang badannya, kaki dan tangan lebih panjang sedangkan dada dan panggul lebih besar. Pada waktu yang sama massa dan kekuatan otot secara perlahan bertambah dan gemuk bayi (bayi fat) berkurang, pertambahan kekuatan otot ini karena factor keturunan dan latihan (olahraga). Karena perbedaan kekuatan otot maka otot anak laki-laki lebih kuat daripada anak perempuan (Santrack, 1995).
Pertumbuhan fisik selama masa ini, selain memberikankemampuan anak-anak berpartisipasi dalam berbagai hal baru, juga menimbulkan permasalahan-permasalahan dan kesulitan-kesulitan secara fisik dan psikologi bagi mereka (Seifert dan Hoffnung, 1994)
·         Masa Pubertas (10-14 tahun)
Akhir usia sekolah, anak akan memasuki masa yang disebut dengan “pubertas” (berasal dari bahasa latin “pubescere” yang artinya rambut kemaluan), yaitu awal terjadinya pematangan seksual. Biasanya anak perempuan 2 tahun lebih awal dalam memasuki masa pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki. Menurut beberapa ahli perkembangan anak perempuan memasuki masa pubertasnya pada saat berusia 10 tahun, sedangkan anak laki-laki saat berusia 12 tahun.

·         Perubahan Fisik
Pada masa pubertas ini terjadi perubahan fisik yang dramatis yang disebut juga dengan “growth spurt” (percepatan pertumbuhan) dimana terjadi perubahan percepatan pertumbuhan diseluruh bagian fisik (Zigler dan Stevenson, 1993), baik pertambahan berat badan dan tinggi badan, proporsi dan bentuk tubuh, maupun kematangan seksual (Papalia, Old dan Feldman, 2008).
Perubahan-perubahan fisik pada masa pubertas ini disebabkan oleh matangnya kelenjar pituitary (pituitary gland) yaitu kelenjar endoktrin yang berhubungan dengan otak, tepat berada dibawah hipotalamus. Kelenjar ini mengeluarkan beberapa hormone yaitu: hormone pertumbuhan, gonadotropik (hormone yang merangsang kegiatan didalam gonand), dan hormone kortikotropik (hormone yang mengatur fungsi-fungsi kulit adrenal).
Hormon gonadotropik mempercepat pematangan sel-sel telur dan sperma. Sehingga mempenagruhi produksi hormone seks. Sedangkan hormon kortikotropik mempengaruhi kelenjar suprarenalis (kelenjar anak ginjal). Hormon-hormon seks, yaitu tesosteron pada anak laki-laki dan estrogen pada anak perempuan bersama-sama dengan hormon pertumbuhan dan suprarenalis mempengaruhi pertumbuhan anak. Pada gilirannya terjadi apa yang disebut dengan percepatan pertumbuhan (growth spurt).
Percepatan pertumbuhan yang terjadi dalam fase ini hanya terjadi selama 2 tahun, setelah berakhirnya fase ini maka anak tersebut akan mamasuki kematangan seksual. Karena anak perempuan 2 tahun lebih awal mengalami percepatan pertumbuhan dibangdingkan anak laki-laki maka anak perempuan lebih tinggi dan lebih kuat dari pada  anak laki-laki  saat mereka berusia 10-11 tahun. Tinggi rata-rata anak perempuan saat memasuki percepatan pertumbuhan yaitu 54 atau 55 inch sedangkan tinggi rata-rata anak laki-laki yaitu 59 atau 60 inch (Seifert dan Hoffnung, 1994).
·         Proporsi Tubuh
Percepatan pertumbuhan selama masa pubertas juga terjadi pada proporsi tubuh, yang sebelumnya percepatan pertumbuhannya terlalu kecil tetap pada masa pubertas  menjadi lebih besar. Ini terlihat jelas pada pertumbuhan kaki dan tangan dan terjadi tidak proporsional. Perubahan ini yang tidak seimbang menyebabkan anak merasa kaku dan canggung, sehingga ia khawatir jika badanya tidak serasi dengan dengan tangan dan kakinya.
Perubahan-perubahan dalam proporsi tubuh juga terlihat pada perubahan ciri-ciri wajah anak seperti : dahi yang mulanya sempit sekarang menjadi luas, mulut menjadi melebar, dan bibir yang menjadi lebih penuh. Akan tetapi, perkembangan otot laki-laki lebih cepat dan anak laki-laki juga memiliki lebih banyak jaringan otot, sehingga anak laki-laki lebih kuat dibanding dengan anak perempuan.

·         Kematangan Seksual
Kematangan seksual ditandai dengan perubahan ciri-ciri seks primer (primery seks characteristics ) dan ciri-ciri seks sekunder (secondary seks characteristics).
a.      Perubahan Ciri-ciri Seks Primer
Ciri-ciri seks primer anak laki-laki ditunjukan dengan pertumbuhan dari batang kemaluan (penis) dan kantung kemaluan (scrotum) yang terjadi sejak usia anak sekitar 12 tahun dan terjadi selama  5 tahun untuk penis dan 7 tahun untuk skrotum (Seifert dan Hoffnung, 1994). Pada scrotum terdapat 2 buah testis (buah pelir) yang bergantung dibawah penis. Testis ini sudah ada sejak anak dilahirkan tetapi hanya 10% dari ukuran matangnya, testis mencapai ukuran kematangan saat anak berusia 20 atau 21 tahun.
Perubahan ini terjadi pada anak laki-laki dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon peraangsang yang diproduksi oleh kelenjar bawah otak (pituitary gland), hormon ini merangsang testis sehingga menghasilkan hormon testoteron dan androgen serta spermatozoa (Sarwono, 1994). Sperma yang dihasilkan testis selama masa ini memungkinkan untuk mengadakan reproduksi untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, kadang-kadang saat anak laki-laki berusia 12 tahun kemungkinan mengalami penyemburan air mani (ejaculation of semen) mereka yang pertama atau yang sering disebut dengan mimpi basah.
Pada anak perempuan perubahan ini ditandai dengan munculnya menstruasi, yang disebut dengan menarche, yaitu menstruasi pertama kali oleh anak perempuan. Terjadinya mestruasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan. Menstruasi yang dialami anak perempuan sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur (ovarium). Ovarium terletak dalam rongga perut bagian bawah wanita, dekat dengan uterus, yang berfungsi memproduksi memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesterone. Hormon progesterone bertugas mematangkan dan mempersiapkan sel telur (ovum) sehingga siap untuk dibuahi.
Sedangkan hormon estrogen adalah hormon yang mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang (pemebasaran payudara dan pinggul, suara, dan lain-lain). Hormon ini mengatur siklus haid (Sarwono, 1993). Ketika percepatan pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labia, dan klitoris berkembang pesat (Malina, 1990).
b.      Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
Ciri-ciri sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah ang tidak berhubungan secara langsung dengan proses reproduksi, tetapi merupakan tanda-tanda perbedaan antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Tanda-tanda jasmani yang terjadi pada anak laki-laki adalah tumbuhnya kumis, janggut, jakun, bahu dan dada melebar, suara berat, tumbuh bulu diketiak, dada, kaki dan lengan dan sekitar kemaluan serta otot-otot menjadi kuat. Sedangkan pada perempuan terlihat pada payudara dan pinggul membesar, suara menjadi halus, tumbuh bulu diketiak dan disekitar kemaluan.


E. Implikasi Genetik dan Lingkungan Terhadap Pendidikan
   Mc Devit & Ormrod (2002) mereka merekomendasikan beberapa hal penting yang perlu dilakukan guru dalam menyikapi pengaruh genetik dan lingkungan bagi perkembagan peserta didik, yaitu :
a.       Memahami dan menghargai perbedaan-perbedaan individual anak. Guru yang menghargai karakteristik fisik, tipe-tipe kepribadian dan bakat-bakat mereka dapat membuat peserta didik senang.
b.      Menyadari bahwa sebenarnya faktor lingkungan mempengaruhi setiap aspek perkembangan. Faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan anak melalui banyak cara, seperti layanan pengajaran dan bimbingan.
c.       Mendorong siswa menentukan pilihan-pilihan sendiri untuk meningkatkan pertumbuhan. contohnya untuk tumbuh menjadi dewasa, anak remaja harus aktif mencari lingkungan dan pengalaman yang sesuai dengan kemampuan naturalnya dan guru mengambil posisi kunci, untuk menolong mereka menemukan aktifitas dan sumber-sumber yang memungkinkan mereka menggunakan dan mengembangkan bakat-bakat mereka.

Perkembangan Otak
Otak adalah sebuah sistem biologis manusia yang diciptakan Allah SWT. Untuk mengindra dunia dan sekaligus memberikan berbagai tanggapan terhadapnya. Otak bukan sekedar gumpalan keriput dalam tengkorak manusia, tetapi juga sesungguhnya otak memanjang keseluruh tubuh. Otak memanjang hingga keujung sum-sum tulang belakang, lalu dari sum-sum tulang belakang ini keluarlah rangkain serabut sel darah biru, hingga berdirinya bulu pada kulit hingga merasa takut, semuanya diatur oleh sistem saraf. Tak satupun organ atau sel dalam tubuh kita yang lepas dari jangkauan otak (Mc Crane, 2003)
            Karena otak merupakan sentral dari semua aktifitas manusia, baik aktifitas organ yang ada di dalam tubuh maupun aktifitas pancaindra yang ada diluar, maka perkembangan otak memiliki pengaruh yang besar terhadap semua aspek perkembangan. Dalam hal ini Mc. Devin dan Ormrod (2002) menulis “ The human brain is a compl that regulates basic physiological functions e.g., respiration and heart rate, sensation of pleasure and pain, motor skill and cordination, emotional, respons and intelectual pursuits’’. Elizabeth B. Hurlock (1981) juga meyakini “growth and development of the brain and nervous system affect all aspects of the child’s development”.
Meskipun otak beratnya hanya 1,2 kg atau 0,2% dari berat seluruh tubuh, tetapi ia memiliki peran yang sangat penting dalam mengendalikan seluruh fungsi tubuh lainnya, seperti : mengingat, konsentrasi, mengantuk, berfikir, emosi, tingkah laku, dan sebagainya. Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal dialam semesta. Otak adalah satu-satunya bagian tubuh yang apling berkembang dan secara otomatis dalam mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang apabila dirawat dan dipelihara secara baik dan teratur dapat bertahan hingga 100 tahun. Jika anggota tubuh lain semakin tua akan semakin rusak tetapi otak justru semakin tua semakin menunujukan fungsi yang kian luas dan lebar.
Sama seperti aspek-aspek perkembangan lainnya, perkembangan otak juga dipengaruhi oleh interaksi hereditas dan lingkungan. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh johnson (1998), “ the constructive process by which genes interact with their environment to yield complect organic structures as the human brain and the cognitive process it supports”.
Perkembangan otak terjadi sejak mulai masa prenatal, yakni kira-kira 25 hari setelah konsepsi. Pada awal masa ini otak terlihat seperti tabung yang tidak rata dan sangat halus (Rayport 1992; Johnson, 1998). Tabung-tabung halus ini berisi sel-sel dan membentuk kantong-kantong dan ruang-ruang. Ruang tersebut terbagi menjadi tiga ruang yaitu : forebrain (otak depan), mildbrain ( otak tengah), hindbrain (otak belakang).
Dengan berkembangnya jani, otak depan akan berkembang perlahan sehingga menjadi bagian atau ruang yang terbesar dibanding dengan ruang yang lain. Semakin meningkatnya kemampuan janin memproses informasi-informasi, otak depan semakin besar. Pada saat yang sama, otak tengah mengurangi besarnya, dan otak belakang tetap sama seperti semula (Daviddoff, 1998).
Sekitar usia 5-20 minggu perkembnagan janin dalam kandungan, bagian dalam ruang-ruang otak ini mulai memproduksi sel-sel neuron. Sel-sel neuron ini bertanggung jawab menstransmisikan informasi dan membuat manusia mampu berpikir secara cerdas. Karena dibawah oleh zat-zat kimia., neuron-neuron ini di bawa keruang khusus kemudian diruang khusus ini neuron-neuron ini di pertahankan dan disokong oleh sel gilal sehingga menjadi kukuh dan kuat. Setelah ia sampai diruang khusus, neuron-neuro membentuk serabut saraf yang dikenal dengan dendrit dan akson guna menjalin hubungan satu sama lain (Diamond & Hopson, 1998; Taufik paksiak, 2003).
Jumlah sel-sel neuron ini akan bertambah banyak seiring terbentuknya hubungan-hubungan baru akibat masuknya informasi kedalam otak. Ketika informasi masuk, maka akan terjadi kontak dan hubungan antar sel saraf. Jika jalna iti didukung (dalam bentuk selubung) oleh komponen yang bernama myelin, maka jalina itu akan kuat. Myelin terhubung dengan daya ingat seseorang.
Semakin sering orang megulang informasi yang masuk, semakin tegas myelination. Menurut Santrock (1996), myelination in a process in which nerve cells are insuled with a layer for fat cells, increases the speed at which information travel faster.
Jadi yang dimaksud dengan myelination adalah suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan dibungkus dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Pembungkusan sel-sel saraf ini berdampak pada peningkatan kecepatan informasi yang bergerak melalui sistem urat saraf. Proses myelination yang terjadi pada masa prenatal ini. Meskipun proses myelination lebih terlihat pada masa prenatal tetapi perkembangannya terus berlanjut pada masa anak-anak, remaja, dan dewasa awal (Bruer, 1999).
Perkembngan otak pada masa prenatal ini menentukan perkembangan anak selanjutnya setelah ia lahir, karena pada masa prenatal ini janin sudah dilengkapi dengan semua sel saraf (neuron) yang akan dimilikinya selama ia hidup. Dengan kelengkapan sel-sel ini, maka bayi yang baru lahir sudah siap menjalankan tuganya untuk kelangsungan hidupnya seperti : bernapas, me4nyusu, menelan, menangis, dan membentuk hubungan-hubungan sederhana. Walaupun demikian, saat lahir dan masa awal bayi, ketertarikan sel saraf ini masih lemah (Mc Devit & Ormord, 2002; Santrock, 2006).
Menurut ahli saraf, sel otak tidak akan di produksi lagi setelah anak tersebut lahir, tetapi perkembangan otak setelah lahir lebih terarah pada penambahan jumlah jaringan antar neuron. Jika jumlah jaringan antara neuron mningkat, maka anak akan mampu berpikir tentang hal-hal yang lebih kompleks (Treays, 2004).
Saat dilahirkan, otak bayi memiliki 10 miliar neuron. Neuron-neuron ini kemudian membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut dendrit, dan akson yang berbentuk memanjang. Saat bayi berusia 2 tahun dendritnya sudah mencapai 50 – 1000 triliun. Selanjutnya sel-sel gilal yang tumbuh disekitar akson membentuk myelin yang memungkinkan neuron menstransmisikan pesan-pesan lebih cepat (Mc Devit & Ormrod 2002).
Beberapa penganut developmentalisme percaya bahwa myelination mempunyai arti penting bagi pematangan kemampuan anak-anak. Misalnya myelination di daerah otak yang berkaitan dengan koodinasi tangan-mata belum lengkap hingga usia 4 tahun. Meskipun otak terus berkembang saat anak-anak, perkembangannya tidak sepesat saat bayi. Hingga usia 3 tahun ukuran otaknya tiga perempat dari orang dewasa. Saat usia 5 atau 6 - 7 tahun otak anak mencapai dua pertiga otak dewasa, tetapi memiliki 5 -7 kali lebih banyak sambungan antar neuron daripada otak anak usia saat 18 bulan atau orang dewasa. Sampai usia 8 tahun, otak anak bisa dikatakan sempurna tetapi cara kerjanya masih terperinci dan masih membutuhkan waktu untuk berkembang penuh.
Myelination dalam ruang frontal dari korteks terus mengalami penyempurnaan hingga remaja (Kolb & Fantein, 1998). Saat masa remaja juga dapat terjadi reorganisasi lingkaran saraf prontal lobe (belahan otak bagian depan sampai belahan atau celah sentral). Prontal lobe ini berfungsi dalam waktu aktifitas kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan merumuskan perencanaan strategis atau kemampuan mengambil kesimpulan (Carol & David R., 1995).
Perkembangan prontal lobe sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, hingga mereka mengembangkan kemampuan penalaran yang memberinya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru. Saat kemampuan kognitif mencapai kematangan, remaja mulai memikirkan apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap orang tua, orang lain bahkan terhadap kekurangan diri sendiri (Myers, 1996)

Perkembangan prontal lobe sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif remaja, hingga mereka mengembangkan penalaran yang memberiannya suatu tingkat pertimbangan moral dan kesadaran sosial yang baru, saat kemampuan kognitif mencapai kematangan, remaja mulai memikirkan apa yang diharapkan dan melakukan kritik terhadap orangtua, oaring lan bahkan terhadap kekurangan diri sendiri (Myers, 1996)
Implikai Perkembangan Otak Terhadap Pendidikan
            Otak anak memang mempunyai kemampuan untuk menyusun ribuan sambungan antarneuron. Namun, kemampuan itu berhenti saat usia 10 sampai 11 tahun jika tidak dikembangkan dan digunakan. Untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif anak, proses kematangan otak harus diiringi dengan peluang-peluang untuk mengalami dunia yang makin luas. Dalam hal ini, pendidikan harus memberikan lebih banyak kesempatan kepada peserta didik untuk menguasai keterampilan-keterampilan yang memungkinkan otaknya berkembang.
Otak adalah mata air yang seharusnya diarilirkan secara berangsur-angsur, bukan sebagai wadah yang harus diisi secara penuh. Demikian kata Gabriel Camyer. Bahkan Mahmud Al-Istanbuli (2006) mengatakan “ otak yang bagus bukan otak yang penuh sesak tetapi otak yang sehat”. Oleh karena itu, pendidikan seharusnya merupakan upaya mengembangkan segala potensi anak, melatih pengamatan dan pengambilan keputusan, merangsang pemikiran dan imajinasi memperdalam pemahaman dan memperkuat konsentrasi.
F. Perkembangan Motorik Anak Usia Sekolah Dasar
Seiring bertambahnya berat dan kekuatan badan anak. Perkembangan motorik anak lebih halus, lebih sempurna dan terkooedirinasi dengan baik saat usia sekolah. Otot-otat tangan dan kakinya sudah mulai kuat sehingga membuat aktifitas fisik seperti, menendang, melimpat, melempar, menangkap dan berlari dapat dilakukan dengan cepat dan akurat.
            Saat usia 6 tahun koordinasi mata dan tangan (visio-motorik) yang dibutuhkan untuk membidik, menyepak, melempar dan menangkap juga berkembang. Saat 7 tahun tangan anak semakin kuat dan ia lebih menyukai pinsil daripada krayon untuk melukis. Dari usia 8 sampai 10 tahun, tangan dapat digerakan bebas, mudah, tepat dan ukuran huruf menjadi lebih kecil dan lebih rata.  Pada usia 10 sampai 12 tahun, anak mulai memperlihatkan keterampilan memanipulasi, menyerupai kemampuan-kemampuan orang dewasa. Mereka juga mulai memperlihatkan gerakan-gerakan yang kompleks, rumit, dan cepat, yang diperlukan untuk menghasilkan karya kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrument music tertentu (Santrock, 1995)
Anak-anak usia sekolah ini mengembangkan kemampuannya untuk melakukan permainan (game) dengan peraturan, sebab mereka sudah dapat memahami dan menaati aturan-aturan dari suatu permanan. Di satu sisi, partisipasi anak-anak dalam bidang olahraga dapat memberi latihan dan kesempatan untuk belajar bersaing, meningkatkan harga diri (self-esteem), dan memperluas pergaulan dan persahabatan dengan teman-teman sebaya. Namun di sisi lain, olahraga juga menimbulkan dampak negative bagi anak-anak sehingga mereka mengalami terlalu banyak tekanan untuk berprestasi dan menang, cedar fisik, harus bolos dari tugas akademis, bersih mencapai harapan-harapan yang tidak realistis untuk menjadi atlit sukses.
v  Masa pubertas
Pada anak laki-laki, sel-sel otot baru yang dibentuk jumlahnya lebih banyak daripada aak perempuan, tak heran jika anak laki-laki lebih kuat dibandingkan anak perempuan.
Perkembangan kekuatan otot tersebut diimbangi dengan perkembagan dalam mengkoordinasi gerakan antara otot yang satu dan yang lain. Pada masa ini aktifitas sederhana yang meliputi lari jarak pendek, melomat dan melempar benda-benda sesukanya, sudah tidak menarik lagi. Sebaiknya, mereka membutuhkan jenis aktifitas yang lebih kompleks dan menantang.
Pada anak laki-laki kekuatan ototnya jauh lebih berkembang daripada keterampilan mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuhnya. Berbeda dengan anak perempuan dimana gerakan tubuh, terutama jari-jari tanganya mengalami kemajuan yang sangat pesat dibandingkan dengan kekuatan ototnya.
Dengan koordinasi gerak tangan yang kian terampil, kemampuan menulis mereka cukup baik serta ukuran dan bentuk huruf-hurufnya semakin mendekati tulisan orang dewasa.
Sementara itu, perkembangan motorik kasar pun terus berlanjut, saat usia 10 tahun anak mampu berlari sejauh 62 m dalam waktu 5,5 detik, dengan kecepatan 4,5 m/dtk. Melompat sejauh 1,3 meter, melompat bola sejauh 9 m dan saat usia 11 tahun mampu melompat sejauh 1,5 meter dan saat usia 12 tahun kecepatan larinya mencapai 62 meter dalam waktu 4 detik, 2 kali cepat daripada saat ia berusia 6 tahun.
Factor-faktor yang menentukan tinggi tinggat perkembangan motorik anak yaitu kekuatan otot, ukuran otot, koordinasi gerak otot. Bila anak memasuki masa pubertas pada usia yang tepat maka ia akan memiliki kaki yang panjang serta otot tubuh yang kuat.
G. Tugas-Tugas Perkembangan
Menurut Robert J.Havighurs Tugas Perkembangan adalah sebangaian tugas yang muncul pada suatu periode tertentu dalam, kehidupan individu, yang merupakan keberhasilan yang dapat memberikan kebahagiaan serta memberi jalan bagi tugas-tugas berikutnya. Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan bagi individu, penolakan oleh masyarakat dan kesulitan untuk tugas perkembangan berikutnya.
a.      Tugas perkembgan pada masa kanak-kanak
1.      Belajar berjalan
2.      Belajar makan makanan padat
3.      Belajar mengendalikan gerakan badan
4.      Mempelajari peran yang sesuai dengan jenis kelaminya
5.      Memperoleh stabilitas fisiologis
6.      Membentuk konsep-konsep sederhana tentang kenyataan sosial dan fisik
7.      Belajar menghubungkan diri secara emosional dengan orang tua, kakak adik dan orang tua lain.
8.      Belajar membedakan yang benar dan salah

b.      Tugas perkembangan masa anak
1.      Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan tertentu
2.      Membentuksikap tertentu terhadap diri sendiri sebagai organisme yang sedang tumbuh
3.      Belajar bergaul secara rukun dengan teman sebaya
4.      Mempelajari peranan yang sesuai dengan jenis kelamin
5.      Membina keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung
6.      Mengembangkan kosep-konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
7.      Membentuk kata hati, mobilitas dan nilai-nilai
8.      Memperoleh kebebasan diri

9.      Mengembangkan sikap-sikap terhadap kelompok-kelompok dan lembaga sosial